Thursday, February 24, 2011

Aku Akan Membangkitkan KasihKu

TANPA PEWAHYUAN PROFETIK, MAKA KITA AKAN BINASA!
Roh Tuhan berkata: “Banyak dari kalian melihat perubahan di depan namun tidak yakin apakah kalian memiliki kekuatan untuk membuat perubahan. Namun Akulah Tuhan yang dapat membangkitkan sukacita dalammu. Mulailah memujiKu saat engkau melepaskan kekuatan terakhirmu kepadaKu, dan Aku akan turun dan menguatkanmu dengan cara baru dan yang tidak engkau duga. Engkau membutuhkan kekuatan baru untuk membangun sarang barumu. Aku memiliki telur-telur bagi masa depan yang harus dierami dan ditetaskan. Aku memiliki pewahyuan yang harus dilepaskan yang segera akan menetas. Kini Aku memberimu kekuatan untuk duduk disarang dan menanti pencurahan kuasaKu sebelum engkau bangkit untuk bergerak maju.
“Aku akan memberimu suatu visi yang akan menunjukkan padamu hal-hal yang telah engkau doakan karena hal-hal itu belum dituntaskan. Engkau akan berkata, ‘Tuhan, mengapa aku melihat semua ini?’ Kini engkau akan melihat banyak hal lihat karena Akulah yang memberimu kekuatan untuk melihat. Banyak rincian dan visi yang menanti untuk engkau lihat. Akulah yang menyebabkan hal-hal yang telah tersimpan jauh dalam rohmu menjadi hidup kembali. Engkau akan berkata, ‘Mengapa aku menerima visi ini?’ Hal ini karena Akulah yang memberimu kekuatan untuk melihat hal-hal yang pernah engkau doakan untuk mencapai penggenapannya. Visi ini akan memberimu iman untuk berdoa kembali.
“Aku sedang melepaskan angin RohKu dari surga. Hari ini, Aku berbicara kepada bumi. Bernafaslah dalam angin rohani ini. Ada sesuatu yang berkobar di dalammu. Bernafaslah dalam angin rohani ini agar Aku dapat mengaduk kedalaman. Bernafaslah dalam angin rohaniKu agar Aku dapat menggoncang kedalaman dan menyebabkan visi yang selama ini engkau nantikan menjadi nyata di hadapanmu. Bernafaslah dalam angin RohKu, sebab Aku mengutus angin RohKu. Inilah angin surgawi yang berkuasa. Engkau telah bertahan di tengah tekanan keadaan dan musim. Kini angin RohKu telah tiba. Bernafaslah dalam angin surgawi. Biarkan angin RohKu membawamu. Bernafaslah dalam anginKu. Biarkan anginKu mengangkatmu. Engkau akan melihat dan mengetahui jalan-jalan yang harus engkau lalui. Angin RohKu ini akan menyebabkan pepohonan di hutan merunduk dan membuka jalan yang akan engkau tuju. Bernafaslah dalam angin surgawi ini. Angin ini membuka hal-hal yang lama engkau nantikan untuk kau lihat. Bernafaslah dalam angin ini, yang dapat membuka apa yang belum tergoncang. Inilah waktu bagi berkobarnya kasihKu. Jalan-jalanmu telah Kutetapkan. Jalan-jalanmu telah terbuka. Bernafaslah di dalam angin kasihKu. Bernafaslah di dalam angin kasihKu.
“Engkau telah menang atas perkaramu, tapi hingga kini, waktu untuk membuka belum tiba. Aku belum merasa puas untuk mengobarkan kasihKu. Engkau mencoba mengobarkan kasihKu dan meraih visimu. Kini Aku mengirim angin yang akan menyusun ulang, mengatur dan memulihkan telur-telur yang telah engkau erami. Aku mengirim angin yang akan menciptakan sarang baru untuk kau duduki dan membuang sarang yang telah lama engkau duduki. Aku mengirim angin menuju kedalaman dan angin ini akan memuaskanku untuk mengobarkan kasihKu kembali.

Tuesday, February 1, 2011

Penglihatan - Melalui Pintu Penyerahan

Dalam suatu penglihatan, Tuhan memperlihatkan kepada saya satu pemandangan yang terbentang di hadapan saya. Sepertinya itu adalah suatu pemandangan dari suatu kota kuno atau perkampungan zaman dahulu kala. Terdapat tembok batu yang mengelilingi desa atau kota kuno tersebut dan tembok-tembok batu tersebut sangat tebal dan tinggi. Batu-batu pada tembok itu sudah sangat tua dan tumbuh-tumbuhan memenuhi retakan-retakan yang terdapat pada tembok itu.
Terlihat pada pemandangan tersebut hari sudah menjelang malam. Saya melihat beberapa orang sedang duduk-duduk di sekeliling dekat tembok batu tersebut. Beberapa orang ada pula yang berkemah di luar tembok dan duduk dekat api namun ada pula orang yang berjalan mengelilingi tembok untuk masuk ke sisi sebelahnya dari tembok itu. Saya tidak dapat melihat sisi yang sebelahnya dari tembok itu jadi saya hanya mengawasi terus pemandangan yang terbentang di hadapan saya itu. Saya memperhatikan kembali tembok-tembok batu tersebut untuk beberapa saat lamanya. Selain tembok-tembok itu sudah sangat tua, seperti yang saya ceritakan sebelumnya dan juga tembok sangat tinggi dan lebar ternyata juga terdapat banyak celah disana-sini yang saya duga dipergunakan sebagai jendela-jendela. Tidak ada pintu masuk pada tembok ini kecuali hanya satu pintu gerbang yang sudah sangat tua tetapi dihalangi oleh semak-belukar yang berduri serta tumbuh-tumbuhan liar lainnya.
Mungkin itulah sebabnya orang-orang tadi berjalan memutar ke sisi yang lainnya. Nampaknya tidak ada orang yang mau membersihkan pintu gerbang itu ataupun melewatinya untuk sekian waktu yang lama. Yang terlihat pada sekitar tembok itu hanyalah sebuah kemah dengan beberapa orang saja dan semak-belukar yang tumbuh dimana-mana.
Saya kemudian dipenuhi rasa ingin tahu tentang pintu gerbang itu. Dalam sekejap, ketika saya berpikir tentang pintu itu, saya dibawa semakin mendekati pintu tadi, dalam visi tersebut.
Pintu gerbang itu memang dipenuhi oleh semak-belukar yang berduri dan ada suatu perasaan yang tidak menyenangkan ketika melihatnya. Saya sendiri juga akan berpikir ulang jika harus menyingkirkan semak-belukar berduri tersebut agar bisa masuk karena pasti akan menyebabkan luka-luka pada tubuh saya jika saya mencoba untuk melakukannya. Pintu gerbang itu tertutup rapat ketika saya mencoba mengintipnya melalui celah dari semak-semak berduri itu. Pintu itu juga nampak sangat berat dan ada sebuah kunci yang besar masih terletak di dalam lubang kuncinya. Tetapi nampaknya tidak ada orang yang mau mengambil kunci ini.
Saya tertawa karena tidak ada satupun orang yang mau mengambil kunci ini hanya karena semak-belukar berduri yang tumbuh di sekeliling pintu ini! Saya berdiri sambil memandangi pintu tersebut. Kemudian saya melihat ada sebuah tulisan terdapat pada bagian atas pintu. Sangat sukar untuk membacanya karena semak-belukar tumbuh menutupinya. Saya mencoba untuk menyingkirkan ranting-ranting yang menutupi tulisan tersebut. Tulisan tersebut nampaknya sudah sangat lama dan dituliskan pada batu di atas pintu dan saya membaca “Penyerahan”.
Saya terkejut dan mundur ke belakang sambil bertanya-tanya sudah berapa lama pintu itu ada disana.

Siapa yang telah membuatnya dan mengapa tidak lagi digunakan. Mengapa tidak ada orang yang mau memperdulikan dan membersihkan jalan masuk lewat pintu ini menuju ke desa atau ke kota itu.
Kemudian Tuhan berkata kepada saya, “Penyerahan adalah pintu yang hampir tidak pernah digunakan.”
Saya berbalik dan Tuhan berdiri di dekat saya.